Kirab Budaya MTsN 2 Blitar: Mengangkat Kembali Budaya dalam Kebhinekaan yang Mulai Luntur

Pagi ini, Sabtu, 14 September 2024, suasana di sepanjang jalan Tumpang dipenuhi keceriaan dan semangat. Para siswa berbaris rapi dengan kostum beraneka ragam yang mencerminkan budaya dan profesi dari berbagai daerah dan zaman. Ada yang mengenakan pakaian adat lengkap dengan hiasan kepala khas daerah masing-masing, sementara yang lain tampil gagah dengan kostum pejuang dan seragam profesi. Di sela-sela persiapan, beberapa siswa memanfaatkan momen ini untuk berfoto bersama, mengabadikan kenangan indah di tengah kemeriahan kirab budaya. Tawa dan canda terdengar di sana-sini, menciptakan suasana hangat yang penuh kebersamaan, sebelum kirab budaya diberangkatkan.

Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, tradisi dan budaya bangsa perlahan tergerus. Banyak generasi muda yang mulai melupakan nilai-nilai luhur kebudayaan lokal, tergantikan dengan tren modern yang tidak mencerminkan identitas nasional. Fenomena ini membuat MTsN 2 Blitar berupaya menghidupkan kembali budaya Indonesia melalui  Kirab Budaya Milad ke-54 yang mengambil tema “Kembali ke Pawai Budaya Tahun 90-an.”

Kirab ini digagas sebagai bentuk kepedulian terhadap lunturnya budaya nasional, terutama di kalangan generasi muda. Dewasa ini, kirab budaya atau pawai kerap kali lebih menonjolkan unsur hiburan yang minim nilai budaya, dengan suguhan tarian dan busana yang tidak mencerminkan kebanggaan terhadap budaya nasional. Inisiatif  MTsN 2 Blitar ini bertujuan untuk mengembalikan tradisi budaya leluhur yang semakin terkikis, dengan harapan bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.

Kirab budaya ini terdiri atas beberapa barisan yang merepresentasikan kekayaan budaya Indonesia, nilai perjuangan, serta pembangunan bangsa.

1. Barisan Paskibraka

             Barisan ini diiringi oleh lagu-lagu nasional yang menggugah semangat patriotisme. Para siswa berjalan dengan langkah tegap, membawa bendera kebanggaan Indonesia, mengingatkan kita akan pentingnya nasionalisme di tengah derasnya arus perubahan.

2. Barisan Ekstrakurikuler

            Dalam barisan ini, berbagai kegiatan ekstrakurikuler ditampilkan, mulai dari Tari, Pramuka, Palang Merah Remaja, menulis buku dan jurnalis, menjahit, PSHT, serta keagamaan. Semua ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan positif dalam membentuk karakter generasi muda yang seimbang antara tradisi dan keterampilan modern.

            Barisan ekstrakurikuler menjadi salah satu daya tarik utama dalam kirab budaya kali ini, di mana masing-masing siswa menunjukkan kreativitas dan keahlian mereka sesuai dengan bidang yang mereka tekuni. Para siswi dari ekstra tari dengan anggun menampilkan Tari Sabda Cinta, gerakan mereka yang lemah gemulai memukau penonton dan mencerminkan keindahan seni tari tradisional. Sementara itu, siswa dari ekstra menulis dan jurnalistik tidak kalah menarik perhatian. Mereka menunjukkan kreativitasnya dengan mendokumentasikan seluruh rangkaian kegiatan kirab serta menampilkan karya-karya tulis mereka, termasuk buku-buku yang sudah mereka hasilkan.

Di sisi lain, siswa dari ekstra menjahit memamerkan hasil karya mereka berupa baju-baju yang dijahit dengan teliti, menampilkan keterampilan mereka dalam merancang dan membuat busana. Ekstrakurikuler lainnya seperti Pramuka, Palang Merah Remaja, dan PSHT juga turut serta menampilkan minat dan kemampuan mereka masing-masing, memperlihatkan betapa beragamnya bakat dan potensi yang dimiliki oleh para siswa MTsN 2 Blitar.

3. Barisan Bhinneka Tunggal Ika 

            Barisan ini diisi oleh siswa yang mengenakan kostum adat dari berbagai suku di Indonesia. Dengan semangat kebhinekaan, mereka membawa pesan bahwa meskipun berbeda-beda suku, kita tetap satu bangsa, satu tanah air, yaitu Indonesia.

4. Barisan Perjuangan 

            Barisan ini terdiri atas siswa yang mengenakan kostum para pejuang nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya. Mereka menjadi pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini tidak terlepas dari perjuangan panjang para pahlawan bangsa.

5. Barisan Pembangunan 

            Pada barisan ini para siswa menyulap dirinya menjadi orang-orang gagah dengan kostum yang dikenakan seperti TNI, guru, petani, santri, pengusaha, polisi, hakim, jaksa, dan dosen menjadi simbol dari elemen-elemen penting yang membangun negeri ini. Barisan ini menegaskan bahwa pembangunan Indonesia adalah tanggung jawab bersama, dan setiap profesi memiliki peran vital dalam menjaga keberlanjutan bangsa.

6. Barisan Kebudayaan

            Di sini, kekayaan budaya lokal ditampilkan dengan indah melalui pertunjukan angklung, wayang, jaranan, serta para pesinden. Barisan ini menunjukkan betapa kayanya warisan budaya yang kita miliki, yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Kirab budaya ini berakhir di MTsN 2 Blitar, tepatnya di panggung gembira outdoor, diiringi dengan hiburan, pembagian door prize, serta hadiah utama. Melalui acara ini, MTsN 2 Blitar berharap dapat menghidupkan kembali tradisi pawai budaya tahun 1990-an, yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan kebangsaan. Acara ini bukan sekadar hiburan, namun juga bentuk edukasi bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai kembali budaya leluhur mereka.

Kirab budaya ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi masyarakat untuk ikut serta melestarikan budaya nasional dan tidak terpengaruh oleh budaya asing yang bercampur dengan budaya lokal. Jika kita tidak menjaga dan melestarikan budaya leluhur, dikhawatirkan warisan ini akan hilang ditelan zaman.

Semoga inisiatif ini dapat menginspirasi lebih banyak sekolah dan komunitas untuk mengadakan acara serupa, agar budaya Indonesia tetap lestari dalam kebhinekaan. Sebagaimana semboyan kita, “Bhinneka Tunggal Ika,” perbedaan adalah kekuatan, dan budaya adalah jati diri yang harus kita pertahankan bersama. (Enik Rusmiati)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *