Najma Raisha Anindya, Penulis Novel “Gadis Penyendiri” dari MTsN 2 Blitar

Najma Raisha bersama ibundanya, Siti Kurniawatul Fitriyah

            Bisa menyelesaikan sebuah novel, karyanya bisa dibaca orang lain. Bangga? Jelas. Bahagia? Ya pastilah.  Itulah yang dirasakan Najma Raissa Anindya. Siswa kelas 7A ini telah sukses menulis novel perdananya selama enam bulan. Sebuah waktu yang sangat singkat, apalagi dia masih berumur 13 tahun. Wow..keren ya.

            Orangtuanya bapak Agus Triyanto dan ibu Siti Kurniawatul Fitriyah sangat bangga putrinya ternyata mempunyai bakat menulis. Bahkan mereka tidak mengetahuinya, karena gadis manis ini baru gemar membaca dan menulis sejak bergabung di kelas menulis MTsN 2 Blitar. menurutnya sejak ikut bimbingan menulis, cewek yang bercita-cita menjadi dokter ini merasa senang dan menjadi mudah mengungkapkan uneg-unegnya melalui tulisannya.

Meski kadang rasa malas menjalari hari-harinya, bahkan tidak jarang merasa zonk, tidak mempunyai kata-kata sama sekali untuk ditulisnya. Bila itu terjadi, segera ia hentikan menulisnya, ia alihkan dengan banyak membaca, sampai menemukan ide baru. Selain membaca, ide-ide menulisnya itu didapat juga dari lingkungan sekitarnya, baik itu teman-teman, guru-gurunya, saudara juga keluarganya.

Novel Penyendiri ini juga terinspirasi dari kehidupan sehari-hari selama menjadi siswa. Novel ini mengisahkan seorang tokoh yang bernama Dinda Farihattus Najwa, siswi berumur 13 tahun yang bersekolah di sebuah MTs yang berada di kotanya. Awalnya, saat dia masuk di madrasah tersebut semua baik baik saja. Namun, karena mungkin dia pendiam dan hanya suka membaca buku di perpustakaan, maka teman-temanya menganggapnya  suka mencari perhatian akhirnya dia pun dijauhi oleh semua teman kelasnya.

Sejak dia mulai dijauhi oleh semua teman temannya, dia hanya bisa sendirian. Belum lagi, Dehya Nindya, Fara Seinla dan Deli Safata yang mulai sejak itu membullynya. Mereka selalu membully Dinda di taman halaman sekolah dan tidak ada yang melihatnya. Saat ada tugas kelompok pun Dinda harus menerima kenyataan jika hanya Dehya dan teman-temannya yang mau berkelompok dengannya. Hingga dia sering mengerjakan semua tugasnya sendirian.

Thalita Sahwara Linda, seorang siswi yang juga berumur 13 tahun yang mempunyai mata yang sipit. Dia sejak MI bersahabat dengan Dehya Nindya. Namun, saat dia tahu jika Dehya berubah, dia pun langsung membencinya. Karena, Dehya sama sekali tidak mau diajak berubah dari seorang pembully menjadi anak yang baik.

Linda juga mengenal Dinda, merasa kasihan pada gadis penyendiri yang selalu dipermainkan oleh temannya itu. Dia pun mengajaknya untuk berteman hingga Dinda merasa masih ada seorang yang mau bersamanya. Walaupun dia pikir itu hanya sementara jika Linda tahu bahwa ia hanyalah seorang gadis penyendiri apakah dia masih berteman dengannya.

Lalu, apakah Linda dan Dinda akan tetap berteman? Apakah Dehya dan Deli akan berhenti membulinya? Mengapa Dehya bisa mempunyai sifat kasar seperti itu? Bagaimana cara gadis penyendiri menghadapi permasalahan dengan Dehya dan teman-temanya?

Ikuti kisahnya, cerita tentang anak-anak yang menginjak usia remaja, bagaimana usaha mereka menemukan jati dirinya, bagaimana cara mereka mengatasi permasalahan dengan teman, orang tua dan cintanya yang mulai tumbuh. Mau tahu kisah selannutnya? Baca di perpustakaan MTsn 2 Blitar atau hubungi Najma ya?

Oh iya, saat ini siswa yang juga reporter MTsN 2 Blitar ini sedang menyelesaikan novel keduanya yang berjudul Fara. Buat Najma, selamat yaa…kami tunggu novel kamu berikutnya. Semoga akan bermunculan lagi penulis-penulis baru di MTsN 2 Blitar. Amin. (Red/ER)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *